Tuberkulosis (TBC) tetap menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Kondisi ini semakin mengkhawatirkan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), di mana tingkat penularannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Untuk menanggulangi masalah ini, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono melakukan peninjauan langsung terhadap proses skrining TBC di Lapas.
Tingginya Penularan TBC di Lapas
Lapas di Indonesia menghadapi masalah serius terkait penularan TBC. Kepadatan penghuni yang melebihi kapasitas, ditambah dengan ventilasi yang kurang memadai, menciptakan lingkungan yang ideal bagi penyebaran penyakit menular ini. Data menunjukkan bahwa angka penemuan kasus TBC di Lapas atau Rumah Tahanan (Rutan) adalah 11 hingga 18 kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum.
Pada tahun 2022, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) melaksanakan skrining gejala dan intervensi skrining Chest X-Ray (CXR) kepada 47.185 orang di 64 Rutan, Lapas, dan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) pada enam Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM. Hasilnya, 9.810 orang (21%) diduga TBC dan 936 orang (2%) positif TBC.
Peninjauan Langsung oleh Wamenkes
Menyadari tingginya risiko penularan TBC di Lapas, Wamenkes Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono menegaskan pentingnya deteksi dini dan penanganan segera. Beliau menekankan bahwa tingkat penularan TBC di Lapas jauh lebih tinggi dibandingkan di lingkungan terbuka, sehingga proses skrining hingga pemberian pengobatan harus berjalan optimal.
Upaya Pemerintah dalam Pengendalian TBC di Lapas
Pemerintah Indonesia serius dalam menangani TBC, terutama di lingkungan Lapas. Beberapa langkah strategis yang telah diambil antara lain:
- Program PRINAS Kemenkumham 2024: Program Prioritas Nasional ini bertujuan untuk pengendalian penyakit menular TBC dan HIV bagi tahanan Lapas, narapidana Rutan, dan anak binaan di LPKA.
- Deteksi, Pengobatan, dan Surveilans: Pemerintah melakukan active case finding dalam kontak rumah tangga dan populasi berisiko seperti Lapas/Rutan sepanjang 2022-2023.
- Skrining dan Intervensi: Ditjenpas melaksanakan skrining gejala dan intervensi skrining CXR kepada puluhan ribu warga binaan untuk mendeteksi dan menangani kasus TBC sejak dini.
Pentingnya Deteksi Dini dan Pencegahan
Deteksi dini menjadi kunci keberhasilan program skrining kesehatan dan pengentasan TBC di Indonesia. Wamenkes Prof. dr. Dante Harbuwono menekankan bahwa deteksi dini dapat mencegah penyebaran lebih lanjut dan memastikan pasien mendapatkan pengobatan yang tepat waktu.
Selain itu, promosi kesehatan dengan melakukan kampanye TBC bersama masyarakat dan multisektor pada hari peringatan TBC dan hari kesehatan nasional juga menjadi langkah penting dalam pencegahan.
Kesimpulan
Tingginya penularan TBC di Lapas merupakan masalah serius yang memerlukan perhatian khusus. Upaya pemerintah melalui program skrining, deteksi dini, dan pengobatan yang optimal diharapkan dapat menekan angka penularan dan memastikan kesehatan para warga binaan. Kolaborasi antara Kementerian Kesehatan, Kementerian Hukum dan HAM, serta berbagai pihak terkait sangat penting untuk mencapai Indonesia bebas TBC.